Agama  

Ini Cara Salat Gerhana Bulan Menurut Guru Pendiri NU dan Muhammadiyah

SEMARANG-Beberapa bagian wilayah Indononesi akan menjadi lintasan gerhana bulan total (GBT). Masyarakat pun bersiap menyaksikan kejadian alam tersebut dan menggelar Salat Gerhana Bulan (Khusuf).

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Rikza Chamami, mengatakan GBT merupakan fenomena alam langka kejadian yang dikenal dengan Super-Blue Blood Moon, ini merupakan tanda kebesaran Allah.

“Tentunya sebagai umat Islam, hadirnya gerhana ini menjadi tanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT). Dan bagi kalangan ahli falak dan astronomi, ini menjadi titik riset yang sangat menarik,” kata Rikza Chamami, Rabu (31/1/2018).

Momen ini bagi kalangan santri, ingar-bingar menanti hadirnya gerhana bulan total menjadi momen untuk kembali menperdalam untuk mepelajari karya ulama Nusantara asal Jepara, dan besar di Semarang yakni KH Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani (dikenal dengan KH Sholeh Darat).

KH Sholeh Darat merupakan Guru dari KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama/NU) dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang tersebut turut memberikan penjelasan amalan Salat Gerhana Bulan.

“KH Sholeh Darat menegaskan bahwa salat dua gerhana (bulan dan matahari) hukumnya sunah muakad. Bab khusus mengenai Salat Gerhana ditulis dalam Kitab Majmu’atu al Syari’ah al Kafiyati lil ‘Awam halaman 84–85 Fashlun fi al Kusufaini,” pungkas.

Yang diperintahkan untuk mengikuti Salat Gerhana adalah laki-laki dan wanita, boleh dilakukan dengan cara munfarid (sendiri) atau berjamaah. Sedangkan bacaan dalam Salat Gerhana bulan dilakukan dengan jahr (keras) dan jika gerhana matahari secara pelan-pelan. Salat Gerhana paling sedikit dilakukan dua rakaat salam sebagaimana salat rawatib.

“Tata cara Salat Gerhana berbeda dengan salat pada umumnya. Pada rakaat pertama dibuka dengan niat, doa iftitah, Al Fatihah, surah, ruku, berdiri i’tidal, tidak langsung sujud tapi membaca Al Fatihah, surah, ruku, i’tidal, dan dilanjutkan sujud dua kali. Selanjutnya Pada rakaat kedua juga sama dengan rakaat pertama dengan dua kali Al Fatihah, surah, ruku, dan i’tidal disambung sujud dua kali serta tahiyat akhir dengan ditutup salam,” jelasnya.

Guna kesempurnaan Salat Gerhana, jelas KH Sholeh Darat, membaca surah yang panjang. Setelah itu juga rukunya dibuat panjang, sekira sama dengan bacaan 200 ayat. Perbedaan waktu ruku pada rakaat pertama dan kedua berbeda.

“Pada rakaat pertama dua kali ruku, diharapkan sama dengan membaca 200 ayat (pertama) dan 150 ayat (kedua). Sementara ruku pada rakaat kedua bacaan ruku dibuat panjang sekira sama dengan bacaan 100 ayat (pertama) dan 50 ayat (kedua),” Paparnya.

Dalam menjalankan sujud selama Salat Gerhana juga diharapkan dengan sujud yang panjang atau lama. Ketika salat dilaksanakan secara berjamaah, maka dilaksanakan khutbah dua kali setelah Salat Gerhana.

“Materi khutbah yang disarankan KH Sholeh Darat kepada khatib adalah dengan menyampaikan taubat dan sedekah,” Imbuhnya. (han)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!