JOMBANG, NusantaraPosOnline.Com – Ribuan rumah warga di empat kecamatan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sekitar pukul 02.00 WIB tengah malam kembali terendam banjir, Kamis (22/2/2018). Diantarnya, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Mojoagung, dan Kecamatan Sumobito. Ketinggian banjir bervariasi, mulai dari 1 meter hingga 1,5 meter.
Banjir ini disebabkan luapan Kali Gunting, dan kali Kunto yang meluap karena hujan yang turun sejak Rabu (21/2/2018) sore. Saat ini ketinggian air mencapai 1 meter bahkan rumah-rumah yang berada di bantaran sungai setinggi 3 hingga 4 meter.
Banjir juga menggenangi sekolahan, ruman ibadah, dan jalan raya dan membuat jalur utama dari Mojoagung, Jombang ke arah Kediri dan Malang tertutup. Banyak kendaraan roda dua yang nekat melintas akhirnya mogok.
Menurut Harmin, warga dusun Rejosari, Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, banjir sudah terjadi sejak dini hari tadi sekitar pukul 02 WIB disebabkan kali Konto, dan kali Gunting meluap karena diguyur hujan yang turun sejak Rabu sore kemarin. Yang terkena banjir ada 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ngoro, Mojowarno, Mojoagung, dan Sumobito.
“Sudah puluhan tahun banjit seperti ini selalu terjadi, disepanjang daerah aliran (DAS) Gunting, dan sungai Konto, tapi kayaknya tidak ada keperdulian sama sekali dari pemerintah pusat terhadap penanganan banjir di Kali Gunting, dan Kali Konto ini.” Kata Harmin.
Menurutnya, hanya pemerintah Kabupaten Jombang, TNI dan beberapa organisai kemasyarakatan, yang selalu sibuk membantu masyarakat yang disini. Dari pemerintah pusat tidak ada sama sekali. Katanya.
Dari penelusuran NusantaraPosOnline.Com, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun 2015 sampai 2018 ini, anggaran untuk mengentas banjir di wilayah DAS Kali Gunting, mencapai Rp 147.609.337.000.
Proyek banjir tersebut melingkupi pembangunan perkuatan tebing, pembuatan tanggul alias parapet, dan AMDAL Pengendalian Banjir Kali Gunting.
Anggaran banjir di dinikmati dan dikelolah kantor BBWS Brantas, yang berkantor di Jl. Menganti No.312, Wiyung, Kota Surabaya, Jawa Timur. Bersama rekanannya yang menjadi langganan mendapatkan proyek di lembaga tersebut.
APBN TAHUN 2015 :
Tahun 2015, total anggaran mencapai Rp 10.619.491.000 , untuk perkuatan tebing dan pembuatan parapet Kali Gunting, dikerjakan PT Cipta karya multi teknik, yang berkantor di JL Ketintang madya cempaka No : 59 Surabaya. Baru dua tahun bangunan sudah rusak. Parapet sudah banyak yang retak, pecah-pecah, dan pretel.
APBN TAHUN 2017 :
Tahun 2016, total anggaran mencapai Rp 136.152.986.000 nggaran tersebut untuk : Suvervisi pengendalian banjir Rp 5.149.227.000, dikerjakan PT. Indra Karya (Persero) Divisi Engineering.
Dan untuk pekerjan fisik, berupa perkuatan tebing dan pembuatan parapet dll, nilai anggaran Rp 131.003.759.000, dikerjakan oleh PT Brantas abipraya (persero) Jo PT Tirta restu ayunda, proyek ini dibawah pengawasan dan pengawalan Tim Pengawalan , Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan Pemerintah Daerah (TP4D) Kejaksaan Tinggi Jawa timur (Kejati Jatim).
Masa pengerjaan 720 hari kalender, mulai pengerjan tahun 2017 – 2018 saat ini masih dalam pengerjan. Untuk pengerjan Parapet, dikerjakan tidak sesuai spesifikasi, ada pencurian takeran campuran semen. Parapet, yang seharusnya mengunakan cor beton manual atau ready mix mutu K-175. Tapi kenyataan dilapangan beton cor yang digunakan dibawah kualitas K-175.
Dari data Lsm Aliansi rakyat anti Korupsi (Lsm Arak), setiap 12 meter (per 12 meter) Parapet, yang tingginya 100 Cm, diduga ada pengurangan 12 Zak semen kemasan 40 Kg. Sedangkan parapet yang tingginya 150 Cm, ada pengurangan sekitar 16 zak semen kemasan 40 Kg, dan untuk parapet yang tingginya 200 Cm, ada dugaan pengurangan sekitar 22 zak semen kemasan 40 Kg. Jadi tinggal dihitung saja, berapa panjang dan ketinggian Parapet yang dibangun. Semakin panjang dan tinggi parapet yang dibangun, semakin banyak pengurangan campuran semen.
Bukan hanya campuran semen, yang dikurangi, pembesian parapet juga diduga mengunakan besi oplosan, yaitu besi yang ber standar SNI diduga dioplos dengan besi yang tidak SNI atau besi banci.
Yang lebihparah lagi metode pengerjaan parapet, yang seharusnya saat pengecoran berlansung harus dilakukan pemadatan campuran beton dengan Vibrator hingga pengecoran selesai. Tapi kenyataannya pemadatan cor cuman mengunakan potongan bamboo, atau kayu (di sogrok potongan bambu atau kayu). Sunguh anah proyek Rp 136.152.986.000 pemadatan cor mengunakan potongan bamboo, atau kayu. Masalah ini sudah di ketahui oleh pihak BBWS Brantas, tapi dibiarkan dan tidak ada tindakan apa-apa.
Bangunan Parapet atau tanggul berkulitas tidak sesuai spesipikasi, masih terpasang di pinggir DAS Kali Gunting. TP4D Kejati Jatim pun tidak bertindak.
APBN TAHUN 2017 :
Tahun 2017, total anggaran mencapai Rp 836.860.000, anggaran tersebut berdalih untuk AMDAL Pengendali Banjir Kali Gunting, dikerjakan oleh PT. Arthayu Rali Perdana, berkantor di Wisma NH Lt.1 Jl. Raya Pasar Minggu No. 2 B-C Pancoran, Jakarta Selatan – Jakarta Selatan (Kota) – DKI Jakarta.
Pengunaan angaran AMDAL ini sulit dipantau oleh masyarakat, karena sulit diketaui kapan rekanan BBWS Brantas, ini turun kelapangan. Apalagi selama ini kondisi kantor BBWS Brantas tertutup dari akses pablik. Seharusnya masyarakat berhak mengetahui hasil uang mereka digunakan untuk proyek AMDAL yang bagimana, oleh BBWS Brantas dan Rekananya.
APBN TAHUN 2017 :
Tahun anggaran 2017, BBWS Berantas, juga membangun perkuatan tebing kali konto, pekerjan berupa pembangunan bronjong batu, lokasi proyek di tepi Sungai Konto, tepatnya di desa Gondangmanis, kecamatan Bandar kedungmulyo, Kabupaten Jombang, dikerjakan dengan cara abal-abal. Diduga kuat proyek tidak dilelang. Nilai proyek diperkirakan diatas Rp 1 milyar lebih.
Proyek brojong, tersebut dikerjakan sekitar Februari 2017. Baru dua bulan selesai dikerjakan bronjong, sudah ambrol. Dalam tahun 2017 bronjong tersebut sudah dua kali ambrol. Saat awal pengerjan hingga selesai, dilokasi proyek tidak dipasang papan nama proyek.(rin)