Ekobis  

Pertamina Sukses Ujicoba D100, Produksi 1.000 Barel Per Hari Di Kilang Dumai

Produksi Green Diesel D100 diharapkan bisa menciptakan kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Bukan hanya sebatas Ujicoba.

RIAU, NusantaraPosOnline.Com-PT Pertamina (Persero) berhasil melakukan lompatan yaitu melakukan uji coba produksi Green Diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli lalu. D 100 tersebut menggunakan bahan baku 100 persen minyak sawit.  

Dalam Pidato Kenegaraan pada Jumat 14 Agustus 2020, Preside Jokowi mengatakan, upaya besar telah dan sedang dilakukan untuk membangun kemandirian energi. “Tahun 2019, kita sudah berhasil memproduksi B20, dan tahun ini (2020) sudah mulai B30, sehingga bisa menekan impor minyak,” ujarnya.

Jokowi memberi apresiasi kepada Pertamina yang telah bekerja sama dengan para peneliti ITB, untuk memproduksi katalis merah putih sebagai komponen utama dalam pembuatan D100, yang akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani per harinya.

“Hilirisasi bahan mentah yang lain juga terus dilakukan secara besar-besaran. Batubara diolah menjadi metanol dan gas. Beberapa kilang juga dibangun untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi, sekaligus menjadi penggerak industri petrokimia, yang memasok produk industri hilir bernilai tambah tinggi,” tuturnya.

Hal ini diyakini akan memperbaiki defisit transaksi berjalan, meningkatkan peluang lapangan kerja, dan mengurangi dominasi energi fosil.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, Indonesia memiliki semua apa yang diperlukan. “Tinggal bagaimana kita secara smartmengolah sumber daya ini menjadi energi, yang bisa menciptakan kemandirian dan kedaulatan energi nasional,” tutur Nicke.

Bahan bakar ramah lingkungan D100 menjadi ikhtiar Pertamina mewujudkan Nawacita. Yakni mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.

Green Diesel D100 memanfaatkan sumber daya minyak sawit yang melimpah di dalam negeri, sebagai bahan baku utamanya. Sehingga, bahan bakar tersebut memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang sangat tinggi.”Dengan demikian, produksi D100 ini juga akan menekan defisit impor bahan bakar minyak, dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” terang Nicke.

Menurut Nicke, Uji coba produksi Green Diesel di Kilang Dumai sendiri, sudah dimulai sejak 2014 lalu dengan melakukan injeksi minyak sawit jenis Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO) secara bertahap.

Hal ini dimulai dari injeksi 7,5 persen RBDPO pada Desember 2014, kemudian 12,5 persen pada Maret 2019, dan terakhir 100 persen pada Juli 2020.

Dalam uji coba performa melalui road test sepanjang 200 km, D100 yang dicampur dengan Solar dan FAME, terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetanenumber lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dan angka emisi gas buang yang juga lebih rendah, dan lebih hemat penggunaan bahan bakar.

“Selain pengolahan minyak sawit di Kilang Dumai, Pertamina juga akan membangun dua standalonebiorefinery lainnya di Cilacap Jawa Tengah, dan Plaju Sumatera Selatan,” Ujarnya.

Standalonebiorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi greenenergy berkapasitas 6.000 barel per hari. Sedangkan di Plaju, berkapasitas 20.000 barel per hari.

Kedua standalonebiorefineryitu akan memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan bahan baku 100 persen minyak nabati.

Selain Green Diesel, Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi Green Gasoline di Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2019. Pada 2020, Pertamina sudah mampu mengolah bahan baku minyak sawit, hingga sebesar 20 persen injeksi.

“Pengolahan minyak sawit menjadi Green Diesel, sebenarnya juga sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan lain di dunia. Namun, mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline dalam skala operasional baru pertama kali dilakukan di dunia. Dan itu oleh Pertamina,” Kata Nicke.

Inovasi Anak Bangsa

Green Diesel D100 diproses dengan bantuan katalis, yang dibuat oleh putra-putri bangsa. Yang merupakan hasil kerja sama Research & Technology Center Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Produksi D100 di kilang Pertamina dengan bahan baku minyak sawit yang melimpah di dalam negeri, dsn menggunakan katalis Merah Putih menjadi wujud inovasi anak bangsa, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pertamina. Serta dapat menciptakan solusi untuk Indonesia,” papar Nicke.

Pertamina bersama ITB dan PT Pupuk Kujang, juga telah menandatangani kerja sama perusahaan patungan (joint venture), untuk membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia dengan target penyelesaian pada 2021.

Nicke memperkirakan, secara global pada 2030, pertumbuhan energi baru dan terbarukan diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan energi fosil. Oleh karena itu,  sangat tepat jika sejak saat ini atau 10 tahun sebelumnya, Pertamina telah mulai menyiapkan pabrik katalis Merah Putih ini untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.

“Ke depan, Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari CPO atau sawit, tetapi juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya,” kata Nicke.

“Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional,” imbuhnya. (bd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!