JOMBANG, NusantaraPosOnline.Com-Warga Desa Genenganjasem Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jombang, menggelar kegiatan merawat tradisi Ruwatan Sukerto Massal tahun 2022. pada Minggu, (15/5/2022).
Kegiatan di laksanakan di Dusun Mojokerep, Desa Genenganjasem, yang dihadiri Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab bersama Wakil Bupati Sumrambah, Anggota Komisi IV DPR RI Emma Umiyyatul Chusnah, serta sejumlah Kepala OPD terkait lingkup Pemkab Jombang.
Berdasarkan patauan dilapangan, para undangan yang hadir terlihat duduk lesehan di bawah tenda. Sedangkan, para peserta Ruwatan Sukerta adalah anak-anak yang didampingi oleh orang tuanya masing-masing. Sebagian besar mengenakan baju warna putih.
Ruwatan Sukerta, adalah sebuah tradisi kuno pembersihan diri. Panitia yang mengenakan blangkon, baju beskap, serta kain sarung tampak sibuk ditengah alunan suara gamelan dan suara merdu pesinden.
Pembukaan kegiatan ini ditandai dengan penyerahan gunungan wayang dari Wakil Bupati Jombang Sumrambah kepada dalang Ki Kuswo Sikin asal Kecamatan Sumobito.
Selanjutnya, pagelaran wayang dengan lakon Murwokolo dimulai. Dengan lincah, dalang memainkan wayang. Seiring dengan itu, anak-anak yang mengikuti ruwatan menyaksikan lakon tersebut dari awal hingga akhir
Dalam lakon tersebut dikisahkan Bhatara Kala (raksasa jahat) sedang memburu anak-anak dengan kategori Sukerta untuk dimangsa. Sukerta adalah orang yang belum sempurna. Sehingga menjadi santapan raksasa jahat tersebut. Karena itu orang yang menyandang sukerta harus diruwat, yakni dibersihkan. Jika tidak diruwat, orang tersebut akan menjadi mangsa Bhatara Kala.
Menurut kepercayaan Jawa, beberapa anak sukerta yang butuh diruwat antara lain; Ontang-anting (anak tunggal), Pancuran kapit sendang (tiga anak, laki-laki di tengah), Sendang kapit pancuran (tiga anak, perempuan di tengah), serta Uger-uger lawang (dua anak laki-laki).
Selain itu, Kembang sepasang (dua anak perempuan), Kendhana kendhini (dua anak, laki-laki dan perempuan) Pendhawa (anak lima, laki-laki semua), Mancalaputri (anak lima, perempuan semua), serta Anak kembar.
Di tengah ritual pagelaran wayang, anak-anak yang mengikuti ruwatan ini rambutnya disisir oleh orangtuanya masing-masing. Aksi menyisir massal dilakukan di bawah tenda. Setelah wayang usai, mereka maju satu persatu dengan didampingi orang tua untuk ngrucat kupat luar (menarik ketupat tanpa isi).
Kemudian dilanjutkan dengan ‘potong rikmo’ atau menggunting rambut. Usai menggunting rambut para peserta ruwatan mengikuti siraman air kembang. Satu per satu mereka berjajar. Kemudian air yang ada di dalam tempat khusus diambil menggunakan gayung dan disiramkan ke tubuhnya.
Sekretaris Paguyuban Damar Panuluh Jombang, Sukri mengatakan, acara ruwatan massal ini bekerja sama dengan Disdikbud Jombang, yang diikuti 204 anak, baik dari Jombang, juga dari luar Kabupaten Jombang.
“Orang yang terlahir dengan sukerta, dalam kepercayaan Jawa, harus menjalani ruwatan untuk membebaskan diri dari kekuatan buruk yang mengelilingi dirinya. Agar dijauhkan dari balak dan musibah. Jika tidak, mereka akan mengalami kesulitan hidup.” Kata Sukri.
Ritual potong Rikmo dan Siraman, juga dilakukan oleh Bupati Jombang Mundjidah Wahab dan Wabup Sumrambah. Semuanya berlangsung sakral. Terakhir, potongan rambut masing-masing anak dijadikan satu dengan baju. Barang-barang tersebut dilarung ke sungai. Hal ini sebagai simbol untuk membuang sial.
Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab mengatakan, bahwa tradisi Ruwatan digelar untuk melestarikan kebudayaan Indonesia agar terus hidup di masyarakat.
“Tradisi Ruwatan Massal ini termasuk salah satu ikhtiar untuk meminta kepada Alloh SWT dengan melalui tradisi budaya Jawa. Sebagai umat Islam, anak anakku yang sudah dikhitan memasuki usia baligh ini wajib, sebagai umat Islam melaksanakan Rukun Islam.” Kata Bupati Mundjidah.
Menurut Bupati Mundjidah, ruwatan bagi masyarakat Jawa adalah suatu bentuk usaha yang bertujuan agar kelak setelah menjalani ruwatan mendapatkan berkah berupa keselamatan kesehatan, kedamaian, ketentraman jiwa, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi diri sendiri secara khusus maupun bagi keluarga dalam lingkup yang lebih besar lagi.
Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab, atas nama Pemerintah Kabupaten Jombang menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak khususnya kepada Pusat Perkumpulan Damar Panuluh, Kepala Desa beserta Perangkat Desa Genenganjasem dan seluruh warga masyarakat Desa Genenganjasem tanpa terkecuali atas terselenggaranya kegiatan ruwatan massal ini.
“Kegiatan ini diharapkan dapat memupuk dan memelihara tali silaturrahim, memupuk semangat kebersamaan dan persaudaraan agar kedepan warga Desa Genenganjasem khususnya senantiasa hidup rukun dan bersatu serta dijauhkan dari segala musibah oleh Alloh SWT.” Ujarnya.
Pemerintah daerah, sambung Mundjidah, dalam hal ini Disdikbud memiliki tugas yang salah satunya adalah mestarian terhadap aspek-aspek tradisi. Termasuk di dalamnya adalah ruwatan, yang merupakan tradisi leluhur yang sudah semestinya kita jaga dan lestarikan.
“Oleh karena itu, saya sangat menyambut baik dilaksanakannya ruwatan massal yang diselenggarakan oleh Sanggar Sampurnaning Damar Panuluh ini”, pungkas Bupati Mundjidah.
Kepala Disdikbud Jombang, Senen S.Sos, MSi menyampaikan bahwa Ruwatan ini diselenggarakan untuk memfasilitasi kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan upaya menciptakan kedamaian, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan keluarga dalam hidupnya.
“Selain itu kegiatan ruwatan ini juga merupakan salah satu upaya melestarikan tradisi budaya masyarakat, yang telah dilaksanakan secara turun temurun mulai dari nenek moyang pada zaman dahulu kala.” Ungkap Senen.
“Pada ruwatan tahun 2022 ini juga dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit lakon Murwakala serta tampilan budaya. Wayang ini sengaja dihadirkan ke masyarakat karena sarat dengan pesan moral maupun pesan-pesan membangun lainnya” Ujarnya.
Sementara itu, Kades Genenganjasem Seken wahyudi, mengatakan nguri-uri budaya Jawa adalah tanggung jawab bersama salah satunya dengan kegiatan Ruwatan Sukerta yang kita laksanakan ini.
“Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk untuk melestarikan budaya luhur yang sudah dilakukan secara turun temurun. Selain itu banyak hal positif yang dapat diambil dari kegiatan ini mulai dari segi agama, kebersamaan, persatuan dan kerukunan sesama warga masyarakat.” Kata Seken.
Oleh karena motivasi tersebut, warga desa Genenganjasem Kecamatan Kabuh, bekerjasama dengan Disdikbud Jombang, menyelenggarakan acara merawat tradisi Ruwatan Sukerta.
“Inti kegiatan ini salah satu ungkapan untuk memohon keselamatan kepada Alloh SWT, atau Tuhan sebagai sang pencipta seluruh jagat raya ini.” Pungkas Kades Genenganjasem, Seken Wahyudi. (Ris/Snt)