Daerah  

Usai Telan Korban Jiwa, Polisi Bubarkan Ritual Berendam di Pantai Watu Ulo Jember

Petugas kepolisian memberi peringatan kepada kelompok Trimurti asal Nganjuk yang tengah menggelar ritual berendam di Pantai Watu Ulo, Kec. Ambulu, Jember, Sabtu (26/2/2022). Foto: Humas Polres Jember

JEMBER, NusantaraPosOnline.Com-Baru berselang dua pekan pasca insiden di Pantai Payangan, sekelompok orang kembali menggelar ritual berbahaya di kawasan pantai selatan Jawa yang ada di Jember tersebut.

Namun pada Sabtu siang, 26 Februari 2022 Belasan orang tepergok warga berkumpul melakukan ritual dengan berendam di Pantai Watu Ulo yang ada di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember. Ritual itu sempat direkam warga lewat kamera video dan viral di media sosial sebelum dibubarkan polisi.

“Mengetahui hal ini, langsung didatangi oleh anggota kita, Bhabinkamtibmas setempat atas nama Bripka Wira Budi Atmaja beserta Babinsa dan perangkat desa serta warga setempat untuk membubarkan. Sekitar pukul 14:30 menjelang sore,” ujar Kapolsek Ambulu AKP Maruf saat dikonfirmas.

Menurut Maruf, pembubaran dilakukan secara persuasif demi hal ini demi keselamatan warga tersebut. Mengingat ritual maut yang terjadi di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu, menelan korban jiwa 11 orang. Apalagi curah hujan yang tinggi dan angin kencang membuat air laut bisa pasang dalam musim hujan saat ini.

“Kita khawatir kejadian kemarin terulang kembali, yang menewaskan belasan orang,” kata Maruf.

Dalam video yang viral, tampak warga melakukan kegiatan seperti ritual. Mereka duduk berbaris rapi dengan badan terendam air laut setingga dada di bibir Pantai Watu Ulo. Lalu menggerakkan tangan secara serempak. “Ya seperti ritual doa atau apalah,” kata Maruf.

Dalam pemeriksaan, warga yang berjumlah 18 orang mengaku berasal dari Kabupaten Nganjuk. Mereka terikat dalam satu kelompok yang sama, yakni Trimurti.

“Ketuanya bernama Trisunu, warga Desa Kampung Baru, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.  Mereka datang ke sini untuk tujuan ritual,” kata Maruf.

Kepada polisi, para anggota kelompok Trimurti mengaku ritual yang mereka gelar masih terkait dengan yang dilakukan kelompok Tunggal Jati Nusantara beberapa waktu lalu.

“Mereka mengaku mengelar ritual untuk menyampaian rasa empati demi ketenangan jiwa para korban yang meninggal kemarin,” kata Maruf.

Para anggota kelompok Trimurti yang mengikuti ritual tersebut terdiri dari 13 orang laki-laki dan lima orang perempuan.

Mereka berangkat dari Nganjuk menggunakan mobil pada Jumat malam, 25 Februari 2022, pukul 23.00 WIB dan sampai di Pantai Watu Ulo pada Sabtu, 26 Februari 2022, pukul 11.18 WIB.

“Sebenarnya mereka sudah melakukan ritual sejak pukul 12.30 WIB untuk tahap pertama. Lalu pada ritual kedua diketahui warga dan langsung dicegah dan dibubarkan,” kata Maruf.

Para anggota Trimurti sempat menolak saat diminta bubar. “Tetapi setelah diberi pemahaman, mereka bersedia untuk meninggalkan lokasi dan bubar ritualnya,” kata Maruf.

Sebelumnya, kelompok spiritual Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu pada Minggu dini hari, 13 Februari 2022. Dalam kejadian tersebut, 11 orang meninggal dunia dan 12 orang selamat termasuk pimpinan ritual Tunggal Jati Nusantara, Nurhasan, yang sudah ditetapkan menjadi tersangka. (Ags)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!