JAKARTA (NusantaraPosOnline.Com)-Direktur Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Hubla) Kementerian Perhubungan RI, Antonius Tonny Budiono (ATB), terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) tim KPK di rumah dinasnya, kompleks Mess Perwira Bahtera Suaka Blok 1-2, Jalan Gunung Sahari Raya nomor 65, Jakarta Pusat, Rabu (23/8) malam.
Berikut ini, jenjang karir ATB sejak menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) sampai ia menduduki jabatan Dirjen Hubla, di Kementrian perhubungan RI, dan titangkap oleh KPK.
ATB, Lahir di Pekalongan, 13 Juli tahun 1958. Tahun 2016 lalu ia menduduki jabata Direktur Jenderal Perhubungan Laut Tahun sejak 2016 lalu, ia berkantor JI. Medan Merdeka Barat No. 8 Gd. Karsa Lt.4, Jakarta Pusat.
Ia merupakan alumni dari SD Kanisius Cungkuk II Salatiga pada tahun 1970, SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun 1973, SMA Negeri Salatiga Tahun 1976, S1 Teknik Geodesi UGM Yogyakarta dan S2 Manajemen Pemasaran Univ. Pancasila.
Sebelum menduduki jabatan sebagai Derjen Hubla, Antonius Tonny Budiono, juga pernah menjabat di beberapa bidang seperti, Staf Ditnav Ditjen Perhubungan Laut pada tahun 1986, Kepala Seksi Pengamatan Laut Tahun 1988, Kasubdit Bina sarana dan Prasarana Tahun 1988, Kepala BTKP tahun 2002, Kasub Direktorat Sarana & PRASARANA tahun 2007, Kepala Disnav Klas I Surabaya Tahun 2009, Kadisnav Klas I Samarinda Tahun 2010, Direktur Kenavigasian Tahun 2012, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Tahun 2015, Staf Ahli Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan Tahun 2015, dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Tahun 2016. Ia pernah mendapat penghargaan Satya Lancana Karya Satya 10 Tahunsatya Lencana Karya Satya 10 Tahun Tahun 2000 dan Satya Lancana Karya Satya 10 Tahunsatya Lencana Karya Satya 20 Tahun Tahun 2007. Selanjutnya pada Rabu (23/8) malam, ATB terjaring OTT tim KPK di rumah dinasnya, kompleks Mess Perwira Bahtera Suaka Blok 1-2, Jalan Gunung Sahari Raya nomor 65, Jakarta Pusat dibekuk KPK
Dalam penangkapan di rumah mess sederhana nan kusam tersebut, petugas KPK menemukan barang bukti 33 tas dan koper berisi uang dalam bentuk mata uang Rupiah, Dolar AS, Poundsterling, Euro, dan Ringgit Malaysia.
Setelah dihitung, tas dan koper-koper tersebut berisi uang dengan total Rp18,9 miliar. Selain itu, juga ditemukan 4 kartu ATM dari tiga bank dengan saldo Rp1,174 miliar.
Tas dan koper-koper berisi yang Rp18,9 miliar itu tergeletak tidak beraturan di lantai kamar tidur Tonny. Tak ada brankas maupun bunker di kamar tersebut.
ATB selama kurun waktu sekitar tujuh bulan terakhir tinggal dan tidur di kamar mess tersebut dengan puluhan tas dan koper berisi uang miliaran rupiah. Sepintas orang lain tidak akan mengira jika rumah mess yang tampak dari luar terlihat sederhana dan kusam itu terdapat uang puluhan miliaran rupiah didalamnya.
Apalagi, tak ada seorang pun petugas keamanan yang berjaga di rumah mess tersebut.
“Tas-tasnya ada di kamar mess nya. Digeletak aja. Kalau uang sebanyak itu bisa dibayangkan luas kamarnya,” ujar Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, di kantor KPK, Jakarta, Kamis (24/8) malam.
Meski Tonny mempunyai rumah pribadi di Sektor 5, Tangerang Selatan, dia selalu tidur di rumah mess tersebut. Dan untuk berangkat dan pulang kerja, Tonny lebih sering menumpangi taksi konvensional dan taksi online.
“Selama tujuh bulan kami ikuti, dia tidur di situ. Sepengetahuan kami dia selalu tidur di situ,” Usacap Basaria.
Menurut Basaria, total uang Rp20,074 miliar yang ditemukan dari Dirjen Hubla Kemenhub ATB ini diduga bagian suap terkait perizinan dan pengadaan sejumkah proyek di lingkungan Ditjen Hubla Kemenhub sepanjang 2016-2017. (bd)