Monopoli Dan Tingginya Harga Avtur Ditengarai Jadi Penyebab Tingginya Harga Tiket Pesawat

FOTO : Ilustrasi tiket pesawat terbang.

JAKARTA, NusantaraPosOnline.Com-Mahalnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Penerbangan atau Avtur bahan bakar pesawat terbang ditengarai menjadi penyebab mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia belakangan ini. Salah satunya disebabkan monopoli harga BBM penerbangan oleh PT Pertamina (Persero).

Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Fanshurullah Asa, menyampaikan, tingginya harga avtur di Indonesia menjadi pemicu utama mahalnya harga tiket pesawat di dalam negeri.

KPPU telah menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) melalui surat saran dan pertimbangan untuk perbaikan dalam penyediaan dan pendistribusian BBM Penerbangan guna meningkatkan kinerja pasar tersebut.

Menurut, Fanshurullah, hal tersebut merupakan tindak lanjut dari temuan kajian KPPU bahwa pasar penyediaan BBM Penerbangan Indonesia memiliki struktur monopoli dan terintegrasi secara vertikal, sehingga mengakibatkan ketidakefisienan pasar dan berkontribusi pada harga BBM Penerbangan yang tinggi.

Dikatakannya, ada dua poin besar dalam rekomendasi KPPU kepada Menkomarves, yakni dorongan bagi implementasi open access pada pasar penyediaan dan/atau pendistribusian BBM Penerbangan, dan sistem multi provider BBM Penerbangan di bandara dengan kondisi-kondisi tertentu.

Persoalan ini berawal dari data yang diperoleh KPPU bahwa harga BBM Penerbangan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan harga BBM Penerbangan di 10 bandara internasional lain, perbedaannya mencapai kisaran 22% sampai 43% untuk periode Desember 2023.

Hal tersebut berpengaruh langsung pada harga tiket pesawat terbang dalam negri di Indonesia, yang perkilometernya lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lain seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam.

Kemudian, dalam kajian KPPU ditemukan bahwa dalam rantai pasok penyediaan BBM Penerbangan terdapat tiga kelompok kegiatan, yakni pengadaan bahan bakar dari kilang yang kemudian disalurkan ke fasilitas penyimpanan (atau fuel supply), penyaluran bahan bakar dari kilang atau kapal laut melalui pipa ke depot penyimpanan di kawasan bandara (atau storage), dan penyaluran ke pesawat (atau into plane services).

Kajian KPPU tersebut menunjukkan, konsep persaingan dapat diterapkan untuk tiap kelompok kegiatan atau dapat dilakukan secara terintegrasi dari fuel supply hingga fuel delivery.

Dengan memperhatikan karakteristik proses supply chain penyediaan BBM Penerbangan, sistem multi provider melalui open access dan prinsip co-mingle menjadi salah satu sistem yang sesuai dengan prinsip-prinsip persaingan usaha sebagaimana praktik internasional dan direkomendasikan oleh International Air Transport Association (IATA).

Keberadaaan multi provider ditujukan untuk menciptakan persaingan dalam pengadaan dan pendistribusian, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan harga BBM Penerbangan. Sehingga dengan demikian dapat terjadi penurunan harga tiket pesawat, karena komponen biaya bahan bakar mencapai 38% – 45% dari harga tiket pesawat.

Ditemukan Kebijakan Pemerintah Yang Jadi Penghambat

Namun untuk melaksanakannya, KPPU menemukan masih terdapat kebijakan Pemerintah yang perlu dilakukan revisi, yakni Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Nomor 13/P/BPH MIGAS/IV/2008, khususnya mengenai ketentuan badan usaha yang dapat melakukan kegiatan penyediaan dan pendistribusian BBM Penerbangan.

Berdasarkan hasil kajian tersebut, KPPU secara umum merekomendasikan Menkomarves untuk mendorong implementasi open access pada pasar penyediaan dan/atau pendistribusian BBM Penerbangan sebagaimana diatur dalam UU Migas dan peraturan pelaksanaannya.

Selain itu, mendorong implementasi sistem multi provider BBM Penerbangan untuk setiap kelompok kegiatan di bandara dengan memperhatikan beberapa kondisi, antara lain kesiapan infrastruktur, peluang pelaksanaan lelang atau pemilihan atas rekanan, revisi Peraturan BPH Migas Nomor 13/P/BPH MIGAS/IV/2008, dan pembuatan regulasi teknis oleh BPH Migas terhadap pemanfaatan fasilitas pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar yang sejalan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat.

KPPU berharap dengan adaptasi open access dan sistem multi provider tersebut, persaingan di pasar BBM Penerbangan lebih terbuka dan efisien, sehingga mampu berkontribusi pada turunnya harga tiket penerbangan.

“KPPU sendiri akan terus mengawasi pasar tersebut sesuai kewenangan penegakan hukumnya dari potensi pelanggaran persaingan usaha oleh para operator,” pungkasnya.***

Editor : BUDI W

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!