JOMBANG, NusantaraPosOnline.Com-Proyek pembangunan saluran irigasi, yang berlokasi di Daerah Irigasi (DI) Desa Tambar, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa timur, dikerjakan asal-asalan, dan diduga dikerjakan tidak sesuai spesifikasi teknis (Spektek).
Proyek jaringan irigasi ini dikerjakan ole Himpunan petani pemakai air (HIPPA) Tirto mulyo Desa Tambar. Yang dibiayai oleh Program Percepatan Peningkatan tata guna air irigasi (P3-TGAI) Kementrian PUPR, atau dibiayai dari APBN 2020 sebesar Rp 195 juta.
Dari hasil pantauan NusantaraPosOnline.Com dilapangan, Kamis (17/9/2020 ) siang, proyek saluran irigasi tersebut mengunakan bahan material pasangan batu kali, dan proyek ini masih dalam tahap pengerjaan. Namun pengerjaan proyek tersebut dikerjakan asal-asalan, misalnya mengaduk semen dilakukan secara manual mengunakan cangkul, tidak mengunakan mesin molen pengaduk semen. Hal ini pasti mempengaruhi kualitas hasil mortar / luluh yang akan digunakan untuk pengikat pasangan batu.
Tak hanya itu, proyek ini terkesan tidak transparan, dipapa nama proyek tidak mencantumkan basaran volume pekerjaan, kuat dugaan ini disengaja untuk menghindari kontrol langsung dari masyarakat.
Yang lebih parah lagi, pengerjaan saluran irigasi program P3-TGAI tersebut diduga dikerjakan tidak sesuai spesifikasi teknis (Spektek) contohnya bahan material batu yang digunakan tidak mengunakan batu pecahan (Bukan batu yang dipecah dengan palu). Sehingga batu-batu yang dipasang tidak saling menutup, hal ini jelas mengurangi kualitas hasil pekerjaan.
Seharusnya saluran irigasi tersebut mengunakan batu pecah berukuran antara Ø 10 cm – Ø 20 cm atau kira-kira ⅔ dari tebal pasangan batu kali. Batu yang lebih kecil ukurannya dapat dipakai sebagai bahan pengisi pasangan.
Jadi pengunaan material batu kali yang tidak dipecah dengan palu, jelas mengurangi kualitas bangunan saluran irigasi.
Terkait hal tesebut ketua HIPPA Tirto Mulyo, desa Tambar, Khoiri, mengatakan bahwa pekerjaan saluran irigasi tersebut ia kerjakan sesuai aturan.
“Untuk masalah batu yang digunakan bukan batu pecah (Batu yang dipecah dengan palu) dari awal tidak ada masalah, pendamping program P3-TGAI bernama Rizal, juga tidak mempermasalahkan batu yang digunakan. Baru kali ini batu material dimasalahkan.” Kata Khoiri, dilokasi proyek. Kamis Siang (17/9/2020).
Ia menjelaskan, saya beli batu-batu tersebut saya datangkan dari Kandangan, memang bukan batu pecahaan. “Saya belinya dari kandangan batunya seperti itu, bukan batu pecahaan. Kalau mau batu pecahaan, saya terpaksa mendatangkan orang untuk memecah batu tersebut. Jadi kami pasang batu apa adanya, dan itu tidak dimasalahkan oleh pendamping.” Ujarnya. (Rin/Why)