JOMBANG, NusantaraPosOnline.Com-Sedikitnya ada 14 desa dikecamatan Kesamben Jombang, terancam bencana banjir. Akibat Kondisi tanggul sungai Brantas, yang berada di Dusun Jatipandak, Desa Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, mengalami abrasi dan ambrol secara bertahap.
Dari pantauan nusantaraposonline.com pada Senin 15 Februari 2021 tanggul yang mengalami ambrol tersebut dengan panjang sekitar 50 meter. Seperti kita ketahui beberapa bulan belakangan ini air sungai Brantas, selalu besar, karena sedang berada dimusim hujan. Kerusakan tanggul semakin parah, dan sangat memprihatinkan, hampir ambrol.
Warga setempat merasa sangat kecewa dengan sikap pemerintah atau dinas terkait yang tidak segera memperbaiki tanggul yang kritis tersebut sebelum memasuki musim hujan yang lalu.
Menurut, Yanto warga dusun Jatipandak, mengatakan tanggul ini ambrol sekitar tahun 2017 lalu, oleh Balai besar wilayah sungai brantas (BBWS brantas) Jatim, disepanjang tepi tanggul dibangun bronjong batu. Bronjong batu tersebut hanya bertahan sekitar satu tahun, sudah ambrol masuk kedalam sungai.
“Kemungkinan bangunan brojong batu tersebut, ambrol akibat pondasinya bangunan yang kurang dalam. Sehingga cepat amrol melorot (bergerak turun masuk kedalam) sungai brantas. Karena tak ada penahan tanggul, makin hari tanggul semakin menipis. Dan sekarang sudah sangat memprihatinkan. Warga dusun Jatipandak sekarang sangat resah, takut tanggul tersebut ambrol semuanya. Sekarang ini pemukiman warga mulai kebanjiran, yang disebabkan air yang keluar dari tanah.” Kata Yanto, Kepada NusantaraPosOnline.Com. Senin siang (15/2) sembari menunjukan lokasi banjir.
Ia menjelaskan, banjir ini disebabkan ada air yang keluar dari dalam tanah. Ada kemungkinan air tersebut berasal dari rembesan dari sungai Brantas. Yang mulai masuk kepemukiman warga. “Kondisi air disungai brantas beberapa bulan belakangan ini sangat besar, karena curah hujan di Jombang saat ini tinggi. Warga desa Jatiduwur, banyak yang resah takut tanggul tersebut jebol. Bahkan warga didusun Jatipandak, ada yang bersiap-siap mengungsi termasuk keluarga saya. Warga sangat menyayangkan dan sangat kecewa dengan sikap pemerintah, dan dinas terkait, yang tidak segera memperbaiki tanggul jauh sebelum memasuki musim hujan.” Ujarnya.
Diawal 2020 lalu, saat tangul yang rusak ini menjadi sorotan dikalangan wartawan, dan berbagai kalangan masyarakat, dari pihak BBWS Brantas, Bupati Jombang, dan orang-orang dinas berdatangan kelokasi. Bahkan anggota DPRD Jombang, juga anggota DPR RI juga mendatangi lokasi “Tapi kedatangan mereka ternyata tanggul cuman difoto-foto saja, beri janji-janji akan memperbaiki. Tapi kenyataannya sampai hari ini tidak ada perbaikan. Masak nunggu kecamatan Kesamben direndam banjir baru tanggul diperbaiki. Apa nunggu warga berdemo baru tanggul diperbaiki. Kalau tidak segera diperbaiki kami warga siap berdemotrasi ke Pemkab Jombang dan BBWS Brantas.” Kata Yanto.
Ungkapan hampir senada diungkapkan suep, warga dusun Jatipandak, warga mulai takut, karena pemukiman kami mulai banjir, banjir tersebut berasal dari air yang keluar dari tanah. “Ada kemungkinan air yang keluar dari tanah adalah rembesan air sungai Brantas. Warga ada yang siap-siap mengungsi. Karena kalau tanggul tersebut jebol, kemungkinan semua kecamatan Kesamben akan terendam banjir. Kami berharap pemerintah segera mengambil tindakan. Kalau tidak segera ada perbaikan kami warga siap untuk berdemo ke kantor BBWS Brantas.” Kata suep Senin siang (15/2) juga sembari menunjukan lokasi banjir, dan air yang keluar dari dalam tanah.
Menurut,suep kami sangat berharap, kepada BBWS Brantas, Pemkab Jombang, dan dinas terkait, segera mengambil tindakan. “Jangan sampai bencana banjir terjadi baru bertindak. Warga sangat berharap, tanggul yang rusak segera diperbaiki.” Ujarnya.
Sementara itu Kepala desa Jatiduwur Subardi, saat dikonfirmasi ia membenarkan, adanya kerusakan tanggul sungai brantas dan terancam jebol. “Kondisi tanggul yang mengalami kerusakan abrasi dan ambro, panjangnya sekitar 40 meter. Dari hari kehari tanggul tersebut semakin kritis. Dan terancam jebol. Jika sampai jebol, maka akan membahayakan bagi lingkungan sekitar.” Kata Subardi, dikantornya. Senin (15/2).
Menurut Kades Jatiduwur, ada sekitar tujuh ribu hektare lahan pertanian akan terendam. Kemudian lima desa yang ada di sekitar tanggul juga akan rendam banjir. Karena di balik tanggul tersebut adalah permukiman padat penduduk.
Lima desa tersebut yakni desa Desa Jatiduwur, Desa Podoroto, Desa Pojokrejo, Wuluh dan Desa Blimbing. “Bahkan 14 dikecamatan Kesamben, bisa terendam banjir. Oleh karena itulah warga banyak yang takut dan khawatir tanggul tersebut jebol. Jadi saya atas nama pemerintah desa Jatiduwur, dan warga memohon kepada BBWS Brantas dan dinas untuk segera melakukan perbaikan tanggul yang ambrol tersebut.” Tutur Subardi, yang didampingi tiga orang perangkat desa setempat.
Ia menjelaskan, memang pada tahun awal tahun 2020 lalu, dari pihak BBWS Brantas, Bupati Jombang, Forkopinda, Forkopimcam, dan dinas terkait, sudah pernah meninjau langsung kelokasi tanggul yang mengalami abrasi dan ambrol.
“Pihak BBWS Brantas, waktu itu menyampaikan, bahwa tanggul yang kritis tersebut akan segera diperbaiki. Tapi sampai sekarang belum diperbaiki. “Saya tidak paham apa yang menjadi kendala mereka, kok sampai sekarang perbaikan tanggul tersebut belum direalisasikan. Oleh karena itu kami berharap kepada BBWS Brantas, segera melakukan perbaikan tanggul yang kritis.” Imbuhnya. (Ris/Snt)