JAKARTA, NusantaraPosOnline.Com- Harga minyak mentah dunia cenderung dalam tren penurunan atau saat ini sudah menjauhi level US$ 100 per barel, tidak seperti bulan-bulan sebelumnya. Pada Senin (3/10/2022) pukul 06.26 WIB harga minyak Brent tercatat US$87,85 per barel, sementara jenis lightsweet atau West Texas Intermediate (WTI) US$81,98 per barel.
Mencermati turunnya harga minyak mentah dunia itu, PT Pertamina (Persero) dan badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) lainnya sudah menurunkan harga khususnya harga BBM RON di atas 92 atau sejenis Pertamax Cs.
Misalnya saja harga BBM Pertamax untuk wilayah DKI Jakarta turun sebesar Rp 600 per liter dari yang sebelumnya Rp 14.500 per liter menjadi Rp 13.900 per liter. Begitu juga dengan harga Pertamax Turbo turun dari yang sebelumnya Rp 15.900 per liter menjadi Rp 14.950 per liter.
Lalu bagaimana dengan BBM Pertalite? Apakah dengan penurunan harga minyak mentah, BBM Pertalite layak turun?
Pengamat Ekonomi dan Energi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebutkan bahwa, nilai subsidi pemerintah membengkak sampai Rp 502 triliu itu lantaran pada bulan-bulan lalu, mentah harga minyak dunia naik gila-gilaan atau berada di atas level US$ 100 per barel.
“Turunnya harga minyak mentah dunia di level US$ 80 per barel mestinya menurunkan subsidi,” ungkap Fahmy dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (10/3/2022).
Mencermati turunnya harga minyak mentah dunia itu, Fahmy menilai harga BBM Pertalite bisa turun Rp 2.500 per liter atau menjadi Rp 7.500 per liter dari yang saat ini Rp10.000 per liter. “Penurunan Pertalite sekitar Rp. 2.500 dan Pertamax sekitar Rp 2.300 per liter,” tegas dia.
Namun, kata Fahmy, data menunjukan bahwa turunnya harga minyak mentah dunia tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga BBM subsidi. Bahkan, pada saat harga minyak mentah dunia mengalami minus beberapa waktu yang lalu.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga menilai dengan tren penurunan harga minyak mentah, maka ini menjadi sinyal positif bagi beban subsidi energi yang akan ikut turun. Dengan begitu, pemerintah mempunyai kesempatan untuk menurunkan harga BBM jenis subsidi ke angka sebelum terjadinya kenaikan.
“Langkah ini harus dilakukan karena tidak adil apabila harga minyak mentah turun beban subsidi menurun pemerintah masih mempertahankan harga BBM yang mahal. no jadi ada kemungkinan Pertalite turunkan lagi setidaknya di bawah Rp 7.650 per liter atau kembali ke level Rp 7.650 per liter dan solar sekitar Rp 5000 per liter,” kata Bhima kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (30/9/2022).
Ekonom INDEF, Abra Tallatov menyebutkan, untuk harga BBM subsidi sekelas Pertalite misalnya, memang ada pertimbangan khusus dari pemerintah dalam hal menentukan harga.
Namun, dengan tren penurunan harga minyak mentah dunia ini, biaya produksi BBM akan mengalami penurunan. no, untuk menentukan harga BBM di dalam negeri seperti Pertalite harus dilihat apakah harga BBM Pertalite yang saat ini Rp 10.000 per liter sudah melewati batas harga jual sesuai keekonomian.
“Menurut saya dengan penurunan minyak mentah, kalau ini terjadi secara konsisten dalam beberapa bulan mendatang dan tidak fluktuatif, misalnya terjadi dua minggu sampai dua bulan, pemerintah patut menurunkan harga Pertalite,” ungkap Abra, Jumat (30/9/2022).
Jika tren penurunan harga minyak dunia konsisten, dan pemerintah menurunkan harag BBM Pertalite, ini akan menimbulkan rasa percaya masyarakat kepada pemerintah. Sebab, pada kenaikan harga BBM sebelumnya, pemerintah beralasan bahwa kenaikan harga BBM disebabkan naiknya minyak mentah dunia.
“Sekarang masyarakat melihat harga turun bahkan jauh dari asumsi semestinya penurunan. no, penurunan harga Pertalite perlu dilakukan dalam konteks menjaga kebijakan pemerintah. Mesikipun penurunan itu terjadi sampai keharga sebelumnya (Rp 7.650/liter),” Tandasnya. (Bd)