Daerah  

Jatim Jadi Lumbung Gas, HCML Jadi Andalan Pemerintah

GRESIK, NusantaraPosOnline.Com-Provinsi Jawa Timur kini menjadi lumbung minyak dan gas (Migas). Ini faktanya 30 persen dari 800 ribu  Barell of Day (BoD) produksi nasional disumbang dari produksi Migas Jawa timur (Jatim).

Sementara untuk gas pun tak kalah pentingnya, Jatim menyumbang 10 – 12 persen dari pasokan gas tanah air.

Kepala SKK Migas Jabanusa, H Ali Masyhar, menyerahkan Cendera mata kepada Bupati Gresik H. Sambari Halim Radianto, dalam acara silaturahmi bersama Pemerintah Kabupaten Gresik

Mengenal Lapangan Migas Bukit Tua Wilayah Kerja Ketapang Satuan Kerja Khusus (SKK Migas) Jabanusa ada 32 perusahan Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dengan pengoperasian 16 perusahaan KKKS yang sudah berproduksi.

Kepala perwakilan SKK Migas wilayah Jabanusa, Ali Mashar, produk Migas masih terus turun. Karena Migas memang bukan hal yang bisa diperbaharui. Kendati demikian SKK Migas Jabanusa dan K3S yang ada di Jabanusa terus berupaya mengenjot produksi terutama minyak mentah setiap harinya.

“Saat ini produksi tertinggi ada di blok Cepu, dan diupayakan terus bertambah. Untuk meningkatkan produksi diperlukan beberapa upaya dan hal itu juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun disisi lai Gas tidak bisa langsung dieksploitasi, karena harus menunggu ada pembeli terlebih dahulu.” Terang Ali Mashar, Kamis (10/5/2018).

Menurut Ali Mashar, jenis lapangan atau blok Migas, diwilayah Jatim lebih banyak Gas. Tetapi tidak semua bisa langsung di eksploitasi karena Gas harus menunggu ada pembeli terlebih dahulu. Karena Gas yang dihasilkan tidak bisa di simpan dalam sebuah tabung kecil dengan pengelolaan teknis yang rumit . Sehingga harus menunggu pembeli baru diproduksi.

Khusus untuk produksi gas, di Jatim masih menyimpan potensi besar dari lapangan lepas pantai  yang dikelola oleh Kangean Energi, Husky CNOOC Madura Limited (HCML) dan Petronas.

“Ada empat lapangan milik Huky yang siap produksi. Potensinya cukup besar. Kedepan Huky akan menjadi andalan pemerintah dalam penyediaan enerji Gas bumi bagi Jatim.” Kata kepala devisi komesialitas Minyak dan Gas bumi SKK Migas Waras Budi Santoso.

Misalnya banyak factor yang menghambat kegiatan eksploitasi dan ekplorasi hingga gas sampai ketangan pembeli. Ketidak tepatan jadwal produksi ini yang membuat KKKS yang sudah berkomitmen memproduksi Migas bisa dirugikan karena calon konsumen mengalihkan kebutuhannya ke sumber mineral yang lainnya, misalnya solar dan batu bara.

Sebagai contoh, produksi Gas HCML yang sudah memproduksi diperairan Sampang Madura sejak 2017 lalu. Namun hingga kini produksi gasnya belum semuanya terserap dipasaran. Menurut informasi sekitar 30 MMcfd  produksi gas HCML belum terserap oleh pasar secara maksimal.

“Masalah ini harus dicari solusinya, termasuk bagaimana saat nanti 4 lapangan baru HCML agar bisa memberi tambahan produksi. Pemerintah telah melakukan deregulasi agar rantai perizinan dalam industri hulu Migas tidak menjadi hambatan.” Terang Waras.

Khusus Gas HCML dari lapangan dilepas pantai Sumenep yang diharap mulai produksi diakhir 2019 mendatang, karena hal ini sangat dinanti oleh PT Petrokimia Gresik yang kini tengah bersiap mengembangkan pabrik Amoniak Urea II. Pabrik tersebut membutuhkan gas sebesar Rp 85 Milon Matric Cubik Feet per Day (MMcfd).

“Untuk sementara ini, produksi pabrik Urea memang masih harus ditopang oleh 4 KKKS. Tapi nantinya tetap akan dipasok dari gas HCML yang mudah-mudahan bisa beroperasi pada akhir 2019 nanti.” Kata Ir Hari Winarto, MT, Manager pengembangan PT Petro kimia Gresik, saat menjadi pembicara dalam acara lokakarya Media FKKIHM Periode 1 tahun 2018 yang digelar SKK Migas Jabanusa.

Sedangkan Pabrik Anomiak Urea I PT Petrokimia Gresik, yang sudah beroperasi sejak 1994, mampu menyerap 65 MMcfd gas setiap harinya.

“Bahan baku utama pupuk urea adalah gas bumi, dan kami cukup tenang karena produksi gasnya sudah cukup baik.” Kata Hari.

Menurut Opang Raski Hasibuan, saat ini ada 3 pembangkit listrik PT PJB yang sudah mengunakan gas yang seluruhnya, yakni pembangkit Muara Karang, pembangkit Muara Tawar, serta unit pembangkit Gresik. Sementara pembangkit yang lain seperti di kawasan pembangkit listrik Paiton masih mengunakan sistem enerji mix diman, dimana jika kebutuhan pembangkit listrik tinggi dan membutuhkan produksi yang cepat digunakan Mix antara Batu Bara, dan gas.

“Memang secara lingkungan gas lebih bersih polusinya tapi kami juga harus mengikuti aturan pemerintah untuk memprioritaskan pengunaan batu bara, karena batu bara juga berlimpa ditanah air kita.” Jelas Ompang.

Keberadaan migas tidak hanya dirasakan oleh industri Negara, tetapi juga pemerintah Kabupaten Gresik yang mengaku sangat terbantu dengan adanya perusahaan migas yang beroperasi di wilayahnya. Misalnya tahun 2017 dana bagi hasil Migas untuk Kabupaten Gresik sekitar Rp 30 milyar.

“Hasil kerja sama dengan perusahaan daerah kami juga menghasilkan keuntungan yang besar. Ini tentunya sangat berguna untuk pembangunan Kabupaten Gresik.” Kata Moh Qosim, Wakil Bupati Gresik. (fri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!