JOMBANG, NusantaraPosOnline.Com–Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Jombang, Jawa Timur untuk melihat dari dekat sentra industri tahu Kecamatan Jogoroto dan sentra slag aluminium Kendalsari pada Selasa (19/11/2024).
Rombongan yang dipimpin langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup/ Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut, M.P., ini tampak turut serta Plt. Deputi Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc., Direktur Pengelolaan Sampah, Dr. Novrizal Tahar, M.Sc., Direktur Pengendalian Kerusakan Lahan, Ir. Edy Nugroho Santoso, Direktur Pengurangan Sampah, Vinda Damayanti, S.Si., M.Sc., Direktur Pemulihan Lahan Terkontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 dan Non-B3, Dr. Ir. Haruki Agustina, M.Sc., Direktur Pengendalian Pencemaran Air, Tulus Laksono, S.H., Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa, Dr. Abdul Muin, M.Si.
Sedangkan dari Kabupaten Jombang Pj Bupati Jombang Dr. Drs.Teguh Narutomo, M.M., didampingi Forkopimda Kabupaten Jombang, Staf Ahli, Asisten, dan Kepala Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Kabupaten Jombang, dan Pimpinan Perusahaan.
Titik kunjungan pertama adalah ke kompleks makam Gus Dur, di Ponpes Tebuireng. Selanjutnya, rombongan menuju Sentra Industri Tahu di Kecamatan Jogoroto.
Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo melaporkan perkembangan dua sektor industri di Kabupaten Jombang, yaitu industri tahu dan industri slag aluminium, yang menjadi fokus perhatian dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam konteks pengelolaan limbah dan keberlanjutan industri.
ndustri tahu merupakan salah satu sektor usaha kecil dan menengah yang banyak digeluti oleh masyarakat di Kabupaten Jombang. Saat ini, terdapat hampir 200 industri yang tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Jombang, dengan 88 industri di antaranya terpusat di 3 desa di Kecamatan Jogoroto, yaitu Desa Mayangan, Desa Sumbermulyo, dan Desa Ngumpul. Industri ini dimulai sejak 1960 secara tradisional dan terus berkembang hingga kini.
“Dengan kapasitas produksi rata-rata mencapai 84 ton per hari, produksi tahu di wilayah Kecamatan Jogoroto telah dikenal luas dan memiliki pasar di berbagai kota besar di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta DKI Jakarta. Dengan volume produksi yang sangat besar, para pengusaha tahu ini sangat layak disebut sebagai pahlawan protein Indonesia,” kata Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo.
Keberadaan industri ini juga memberikan lapangan pekerjaan bagi sekitar 3.000 tenaga kerja lokal, yang mendapatkan penghasilan rata-rata Rp 150.000 per hari. Meski demikian, Pemkab Jombang menyadari bahwa perkembangan pesat ini, membawa tantangan besar, khususnya terkait pengelolaan limbah.
Dengan kebutuhan air bersih sebesar 1.680.000 (satu juta enam ratus delapan puluh ribu) liter per hari, limbah cair yang dihasilkan mencapai 1.260.000 (satu juta dua ratus enam puluh ribu) liter per hari, yang jika tidak diolah dengan baik, dapat mencemari lingkungan.
Sejak tahun 2002, Pemkab Jombang telah berupaya mengatasi permasalahan ini melalui pembangunan ipal komunal, pembuatan biogas, serta pengembangan teknologi fitoremediasi.
“Kami berterima kasih atas dukungan kementerian lingkungan hidup dalam pembangunan biogas, yang memotivasi pelaku usaha untuk lebih peduli pada lingkungan. Pada tahun ini, para pelaku usaha telah menunjukkan komitmen nyata dengan membentuk koperasi sumber berkah. Mereka juga telah menyediakan lahan untuk pembangunan ipal komunal, yang diharapkan menjadi solusi terpadu dalam pengelolaan limbah,” jelas Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo.
Pemkab Jombang memiliki visi besar untuk menjadikan sentra industri tahu Jogoroto sebagai “sentra industri tahu BERSINAR” pada tahun 2027. Adapun BERSINAR adalah singkatan dari berwawasan lingkungan, higienis, dan tenar.
“Visi ini bukan hanya mimpi, tetapi komitmen bersama pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menciptakan kawasan yang ramah lingkungan, mendukung ekonomi lokal, dan menjadi destinasi eko-wisata kuliner tahu yang dikenal luas.
Kami memohon dukungan dari kementerian lingkungan hidup dalam mewujudkan visi ini, terutama untuk pembangunan ipal komunal yang memadai dan pendampingan teknologi pengelolaan limbah yang berkelanjutan,” kata Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo.
“Kami percaya bahwa dengan sinergi yang baik antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, industri tahu Jogoroto dapat menjadi percontohan nasional dalam pengelolaan industri ramah lingkungan,” tambahnya.
Selain sentra industri tahu, Kabupaten Jombang juga dikenal dengan sentra IKM slag aluminium, yang telah berkembang sejak tahun 1970. Dalam perkembangannya, muncul satu sentra baru di wilayah Kecamatan Jogoroto dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 11 orang.
Aktivitas ini pun tidak lepas dari berbagai permasalahan lingkungan. Setiap tahun, Pemkab Jombang menerima pengaduan masyarakat terkait asap, bau, dan dampak buruk dari pembuangan limbah B3 abu slag aluminium atau asalum.
Tercatat ada 104 titik pembuangan yang tersebar di berbagai wilayah. Usaha pengolahan slag alumunium yang dikelola secara tradisional di tengah permukiman dapat meningkatkan risiko kesehatan bagi warga sekitar.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemkab Jombang telah mengambil langkah-langkah strategis dengan melibatkan kolaborasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangan masing-masing,” kata Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo.
Melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, telah dirumuskan program P3 terpadu untuk mewujudkan sentra IKM Slag Aluminium yang berwawasan lingkungan. Program ini meliputi pengawasan lingkungan, pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3, dan pembangunan sentra IKM slag aluminium.
Pelaksanaan program P3 terpadu ini telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan pelaku usaha, terutama dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui upaya pemulihan lahan yang terkontaminasi serta pembangunan sentra IKM yang berwawasan lingkungan.
Adapun capaian dari program tersebut sampai dengan tahun 2024 diantaranya adalah penegakan hukum terhadap 22 pelaku usaha ilegal, dari 180 pelaku usaha ilegal 100 menyatakan tutup, 50 tergabung dalam koperasi, 8 telah mandiri, dan 22 berada di bawah naungan PT. Mozaik yang saat ini dalam proses pembangunan sentra oleh investor.
Selanjutnya terdapat pemulihan 14 lokasi terkontaminasi, dengan kontribusi 4 lokasi dari KLHK dan 10 dari Pemkab Jombang. Telah dioperasikan dua koperasi, yaitu Koperasi Berkah Logam Kendalsari dan Koperasi Setya Mahardika Sejahtera.
“Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH beserta jajarannya, khususnya kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Dan Limbah B3, Direktorat Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan, Direktorat Penegakan Hukum Lingkungan, Serta Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Wilayah Jawa, Bali, Dan Nusa Tenggara, atas kolaborasinya selama ini sehingga mampu mewujudkan lingkungan hidup di Kabupaten Jombang semakin lebih baik, ” ungkap Pj Bupati Jombang Teguh Narutomo.
Dalam kunjungan tersebut, rombongan meninjau lokasi produksi tahu dan pengolahan limbah tahu. Kemudian rombongan meninjau lokasi pengolahan slag aluminium yang terletak di Kendalsari.
Menteri Lingkungan Hidup RI, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut, M.P menegaskan bahwa ini adalah tugasnya bersama Bupati Jombang untuk membina usaha kecil dan menengah.
“Ini benar-benar harus kita kawal kaidah konsep lingkungan hidupnya. Kami dan Bupati mencoba membangun apa yang diperlukan dalam pengurangan limbah. Termasuk menghadirkan ipal komunal kemudian pemanfaatan digester, ” jelas Menteri Lingkungan Hidup.
Ia berharap, semua upaya bisa dimanfaatkan, dan mencegah kerusakan lingkungan dari kegiatan yang dilakukan secara kecil dan menengah. Menteri Lingkungan Hidup juga menyatakan akan menyisir penyebab-penyebab adanya limbah yang mengurangi kualitas Kali Brantas.***
Editor : SINTA