Proyek Bantuan Nelayan Di DPK Jatim Di-Mark Up

BANTUAN HIBAH : Sejumlah truk pengangkut bantuan untuk nelayan Trenggalek, saat tiba di Pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Prigi, Kabupaten Trenggalek

SURABAYA, NusantaraPosOnline.Com-Proyek hibah peralatan pasca panen untuk nelayan di Kabupaten Trenggalek, dan Pacitan Jawa timur tahun 2017, di Dinas Perikanan dan kelautan (DPK) propinsi Jawa timur terus menjadi sorotan Lsm Aliansi rakyat anti korupsi (Lsm Arak). Pasalnya proyek tersebut terindikasi terjadi praktek Mark-Up harga barang secara besar-besaran, yang berpotensi merugikan keuangan Negara milyaran rupiah.

Dari penelusuran Lsm Arak, proyek hibah untuk nelayan tersebut, dibiayai dari APBD Jatim 2017 dengan nilai Harga perkiraan sendiri (HPS) sebesar Rp 7.077.236.000. Jelasnya anggaran tersebut dipergunakan untuk pembelian barang berupa 8.595 buah trolly merek Craemer, dan 60 buah trolly mereknya tidak jelas.

Proyek ini dibagi 2 paket, keduanya dimenangkan oleh CV Pertera jaya (CV PJ), dengan nilai kontrak Rp 7.005.872.000 yang sudah mendekati HPS.

Menurut Koordinator Lsm Arak, Safri nawawi, menjelaskan, dugaan korupsi muncul karena terjadi penggelembungan harga nilai satuan Trolly, dan harga Trolly. Dia menjelaskan, dalam proyek itu, harga satuan Trolly merek Craemer adalah Rp 650 ribu – Rp 700 ribu (Harga tersebut Trolly tidak ada tutup). ’’Kuat dugaan harga satuan proyek itu lebih tinggi dari harga pasaran,’’ jelasnya.

Trolly merek Craemer, adalah produk Jerman, yang berkualitas bagus, nyaris tiada lawan. Tapi dari hasil koordinasi kami dengan beberapa orang pengusaha importer udang dan pengurus Kelompok usaha bersama (KUB) Nelayan, yang ada di Cilacap, Jawa tengah.

Dari keterangan pengusaha tambak udang dan pengurus KUB yang ada di Cilacap tersebut, mereka menyebutkan harga Trolly merek Craemer, harganya hanya dikisaran harga antara Rp 300 ribu – Rp 350 ribu, Apalagi jumlah Trolly yang dibeli mencapai 8.595 buah, itu jumlah yang sangat banyak sehingga harganya bisa lebih murah.

Menurut Safri, mereka bisa menyebut harga satuan Trolly merek Craemer Rp 300 ribu – Rp 350 ribu, itu adalah informasi dari pengusaha impotir udang, dan pengurus KUB Nelayan yang ada di Cilacap Jawa tengah. Karena mereka banyak mengunakan Trolly produk impor dari luar.

Dan mereka menyebutkan kalau harga kontrak antara DPK Jatim dan CV PJ, untuk satu Trolly merek Craemer dihargai Rp 650 ribu – Rp 700 ribu itu kemahalan.

Bukan hanya itu untuk pembelian 60 buah trolly, juga diduga terjadi mark-up harga, karena dari pengakuan para pengurus KUB yang ada di kabupaten Trenggalek. Mereka ada yang sangup membuat Trolly dengan harga Rp 4,5 juta – Rp 5 juta, dengan kualitas yang sama dengan Trolly bantuan DPK Jatim. Bahkan kualitasnya bisa diatas Trolly bantuan DPK Jatim.

Menurut Safri, oleh karena itulah kami menduga adanya praktek Mark-up pada pembelian 8.595 buah Trolly, dan 60 buah Trolly tersebut. Kami curiga ada praktek persekongkolan antara DPK Jatim dengan CV PJ untuk melakukan pengelembungan harga satuan barang.

“Memang sekarang sedang menjadi tren yang diungkap oleh KPK, korupsi dengan modus pengelembungan harga kontrak, yang dilakukan dengan berkolusi diantara pihak-pihak yang terkait dengan pengadaan barang. Dengan cara berkolusi mengelembungkan harga barang. Nah mungkin ini yang terjadi pada proyek bantuan hibah DPK Jatim ini.” Ujarnya.

Menurut safri, kami berharap aparat penegak hukum turun tangan untuk melakukan pengusutan kasus tersebut.

“Dulu saya pernah pakai Trolly merek Craemer, itu buatan Jerman, kualitas tiada tandingnya, memang kualitasnya bagus, dan harganya mahal. Tapi kalau DPK Jatim mengangarkan mencapai Rp 700 ribu, per Trolly, itu jelas kemahalan.” Kata Suhendra, pengusaha importer udang asal Cilacap.

“Memang bukan rahasia umum lagi harga belanja pengadaan barang pemerintah selalu mahal dari harga pasaran. Tapi jika harga satuan Trolly merek Craemer harga kontraknya mencapai Rp 700 per buah, itu jelas-jelas tidak wajar. Meskipun harga Rp 700 ribu perbuah, tersebut termasuk, biaya pengiriman barang sampai kelokasi, biaya overhead secara wajar, laba wajar, dan PPN. Itu tetap kemahalan.” Terang Suhendra.

“Trolly merek Craemer, jenis yang dibeli DPK Jatim tersebut itu sebetulnya ada tutupnya. Lah kalau DPK Jatim beli tanpa penutup, tentunya harganya lebih murah.” Tambah Suhendra.

Sementara itu menurut salah HR, salah seorang pengurus KUB nelayan Trenggalek, informasi yang saya dapatkan trolly bantuan DPK Jatim, tersebut untuk 1 buah Trolly diangarkan Rp 15 juta lebih, per buah. Harga tersebut kemahalan. “Kalau DPK Jatim, mau saya bisa buat sendiri Trolly dengan kualitas yang sama dengan Trolly bantuan DPK Jatim, bahkan bisa kualitas diatasnya Trolly bantuan, cukup dengan anggaran Rp 4 juta – Rp 5 Juta.

“Dengan anggaran Rp 4 juta – Rp 5 juta, saya bisa buatkan trolly yang kualitasnya lebih dari bantuan DPK Jatim. Jadi kalau DPK Jatim menganggarkan Rp 15 juta lebih untuk satu buah trolly itu kebangetan, terlalu mahal.” Terang HR.

Terkait hal tersebut, Kepala DPK Jawa timur, Drs Heru cahyono, masih sulit untuk dimintai konfermasi. (rin/skd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!