JAKARTA, NusantaraPosOnline.Com-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap dua calon kepala daerah dalam satu minggu. Kedua Calon tersebut, yakni Cabup Jombang Nyono Suharli Wihandoko dan Cagub NTT Marianus Sae.
Pengamat Politik dari Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, terjaringannya calon kepala daerah dalam OTT KPK karena kekurangan dana kampanye.
“Mereka membutuhkan dana Pemilu yang tinggi mencari celah zona itu. Akhirnya keluarlah untuk melanggar demokrasi. Jadi problem (masalah). Bagi calon jangan main-main jaga diri,” ujar Pangi di Jakarta, Senin (12/2/2018).
Selain itu, ia mengatakan ada kesengajaan dari pihak lawan politik yang bekerja sama KPK untuk mengungkapkan kasus korupsi di masa lalu.
“Bisa saja proyek-proyek fee (dana) diungkap lawan politik. Orang punya kepentingan kasus masa lalu OTT-lah langsung dan diungkapkan. Bisa saja kerja sama dengan KPK,” terangnya.
Kendati demikian, ia menilai calon kepala daerah yang berstatus tersangka KPK tetap maju di Pilkada diprediksi sulit menang. Menurutnya, hal itu karena masyarakat sudah rasional dalam memilih pemimpin.
“Bebannya agak berat. Jarang terpilih karena terganggu SK tersangka KPK. Masih ada peluang tapi itu sulit, masyarakat tidak akan lupa calon tersebut,” pungkasnya.
Seperti diberitakan, Calon Bupati Nyono Suharli terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK pada Sabtu (3/2) lalu.
KPK telah menetapkan status tersangka pada yang bersangkutan, atas dugaan menerima sejumlah uang suap terkait perizinan penempatan jabatan di Pemkab Jombang.
Sementara, Bupati Ngada Marianus Sae terjaring dalam OTT oleh KPK di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (11/2) kemarin.
Marianus diketahui merupakan salah satu calon gubernur NTT. Ia berpasangan dengan Emmilia Nomleni dan diusung PDIP dan PKB. Sebelum mengajukan diri menjadi Gubernur NTT dalam Pilkada Serentak 2018.(bd)