Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Nasional

Potensi Ekspor Karet Indonesia Masih Besar, Produksi Karet Nasional Perlu Ditingkatkan

×

Potensi Ekspor Karet Indonesia Masih Besar, Produksi Karet Nasional Perlu Ditingkatkan

Sebarkan artikel ini
Hasil karet yang berasal dari petani di Desa muara gula lama, Kab Muara enim, Sumsel. Desa ini termasuk salah satu desa penghasil karet di Sumsel. Sekitar 80 persen penduduknya adalah petani karet. Foto : Sidar Hasan

JAKARTA, NusantaraPosOnline.Com-Lembaga kajian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai produksi karet nasional masih perlu digenjot karena potensi ekspor komoditas tersebut cukup besar.

Peneliti CIPS Arief Nugraha dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (7/4), mengingatkan berdasarkan data organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO), pada tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat kedua didunia merupakan negara penghasil karet terbesar setelah Thailand.

“Namun sayangnya komoditas karet Indonesia memiliki beberapa permasalahan. Permasalahan yang pertama adalah produktivitas,” Terang Arief Nugraha.

Menurut data FAO 2017 menunjukkan, Thailand sebagai penghasil karet terbesar dunia memiliki produksi karet sebesar 4.600.000 ton dan diikuti oleh Indonesia yang berada di peringkat kedua dengan produksi sebesar 3.629.544 ton.

Sedangkan Vietnam berada di urutan ketiga dengan 1.094.519 ton. Di antara ketiga negara ini, Indonesia memiliki lahan karet yang paling luas.

Menurut Arief , berdasarkan luas lahan tahun 2017, Indonesia berada di peringkat pertama dengan luas area sebesar 3.659.129 hektar. Sementara Thailand berada di peringkat kedua dengan luas sebesar 3.146.330 hektar dan peringkat ketiga ada Malaysia dengan luas lahan 1.081.889 hektar.

Padahal luas lahan, Vietnam berada di peringkat 7 dunia dengan luas lahan 653.213 hektar.

“Melihat perbandingan luas lahan ini, produktivitas karet Indonesia masih bisa ditingkatkan karena Indonesia yang memiliki lahan paling luas dunia. Dengan lahan seluas itu, setidaknya produktivitas karet Indonesia dapat menyamai Thailand,” Terangnya.

Arif berpendapat bahwa salah satu hal yang memengaruhi produktivitas karet Indonesia adalah umur pohon karet di Indonesia yang tergolong sudah tua.

Umur pohon karet biasanya sudah lebih dari 10 tahun dan tidak produktif, sehingga saat ini tanaman karet di Indonesia dinilai membutuhkan peremajaan dengan perlunya ditanam klon-klon yang unggul.

“Klon adalah pembuatan bibit tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan sifat-sifat yang unggul dari induknya. Saat ini, lanjutnya, dari total keseluruhan luas lahan karet, baru sekitar 60 persen yang baru menggunakan tanaman klon unggul. Sementara di Thailand sudah 100 persen menggunakan klon yang unggul,” ucapnya.

Indonesia mulai mengurangi ekspor karet alam sebesar 98.160 ton secara bertahap per 1 April 2019 sebagai upaya memperbaiki harga komoditas tersebut, yang masih berada di level rendah.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengatakan penurunan volume ekspor Indonesia ini merupakan implementasi dari kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) Ke-6.

Kebijakan ini merupakan hasil keputusan dari pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi tiga negara produsen karet dunia, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. (bd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!