Pungutan Siswa Baru SMP Di Sidoarjo Berdalih Uang Seragam Rp 1,8 Juta Dikeluhkan

Kwitansi pembelian kain seragam murid baru tahun ajaran 2021– 2022 , SMPN 1 Wonoayu, Sidoarjo, sebesar Rp 1.875.000.

SIDOARJO, NusantaraPosOnline.Com-Meski dimasa pandemi virus Covid-19, pungutan yang memberatkan siswa baru di sekolah SMPN 1 Wonoayu,  Sidoarjo Jawa timur, masih terus terjadi dengan berbagai modus. Misalnya tahun ajaran 2021 – 2022 sekolah tesebut melakukan pungutan berdalih uang seragam Rp 1.875.000 persiswa. Hal ini dikeluhkan wali murid.

Menurut salah seorang wali murid yang minta untuk tidak disebutkan namanya dalam pemberitaan, ia mengaku harus membayar Rp1.875.000 untuk uang kain seragam anaknya yang baru masuk sekolah di SMPN 1  Wonoayu. “Setelah membayar Rp 1.870.000 wali murid mendapat tiga setel kain seragam dan satu stel seragam olah raga ditambah atribut. Jadi belum termasuk ongkos jahit. Maka saya harus mengeluarkan uang lagi untuk ongkos menjahit pakaian.” Ujarnya.

Ia mengatakan, harga kain yang dipatok koperasi ‘Wana Puspa’ SMP 1 Wonoayu, terlalu mahal jika dibandingkan harga dipasaran umum.

“Uang seragam ini, belum termasuk sumbangan lain-lain, seperti uang gedung. Kemungkinan baru akan dibahas setelah masuk sekolah. Ia merasa jumlah uang yang harus dibayar di awal masuk sekolah ini terlalu mahal. Sebab, harga kain seragam sekolah di pasaran tidaklah semahal itu.” Ucapnya.

Ditempat terpisah, Bangun Winarso anggota Komisi D DPRD kabupaten Sidoarjo, mengatakan, seharusnya koperasi dilarang mewajibkan wali murid beli seragam di koperasi. Wali murid berhak memilih antara membeli kain seragam di koperasi atau luar, asal warna dan motifnya sama.

“Koperasi tidak boleh memaksa wali murid beli di koperasi, wali murid boleh beli di luar asal warna dan motifnya sama” Kata Bangun Winarno.

Sayangnya saat proses daftar ulang petugas yang ada di sekolah tidak mengatakan hal tersebut, setelah proses pengisian data siswa, wali murid langsung digiring ke petugas koperasi dan ditawari kain seragam. Banyak wali murid yang karena tidak ingin ribet akhirnya terpaksa beli di koperasi. Dari kejadian ini diduga setiap koperasi SMP Negeri meraup omzet puluhan juta di setiap tahunnya. (Ags)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!