Puluhan Warga di Surabaya Keracunan Massal Usai Santap Bersama Daging Kurban

Warga Kalilom Surabaya menjalani perawatan di Puskesmas Kali Kendinding, mengalami Gejalanya mual, muntah, pusing hingga diareusia, usia santap hidangan daging korban.

SURABAYA, NusantaraPosOnline.Com-Puluhan warga Kalilom Lor Indah Seruni II, Kenjeran, Surabaya keracunan massal, sejak Jumat sampai Sabtu, 30 Juni – 01 Juli 2023.

Keracunan itu, diduga disebabkan oleh olahan daging kurban yang mereka santap bersama saat digelarnya tasyakuran Idhuladha 1444 H, di kampung setempat, Kamis (29/6/2023) lalu.

Sami Is (53), salah seorang warga yang 3 anggota keluarganya turut keracunan itu mengatakan, sejak Jumat (30/6/2023) dini hari banyak warga yang mengeluh mual, pusing, dan lemas, termasuk 2 anak dan istrinya.

“Ada sekitar 60 orang warga kami yang sudah dirujuk di puskesmas dan rumah sakit, sejak hari Jumat kemaren. Sementara data dari RT bertambah diangka 80 lebih, pada Sabtu hari ini,” kata Sami Is saat ditemui mili.id di Puskesmas Tanah Kali Kedinding, Kenjeran, Surabaya, Sabtu (1/7/2023).

Menurut Sami Is, penyebab keracunan massal ini diduga berasal dari olahan masakan menu daging kurban, yang disantap oleh warga saat tasyakuran bersama.

“Perkiraan disebabkan oleh menu masakan di daging kurban. Dari situ dokter telah meminta sampel masakan daging kurban dari kami, yang santap bersama saat tasyakuran,” terang Sami Is.

Tasyakuran ini, lanjut Sami Is, sudah menjadi tradisi di kampung kami setiap perayaan hari besar Idhuladha sejak 2006 lalu. Dan baru kali ini keracunan massal terjadi.

“Ada 3 olahan menu daging, yaitu sate, gule, dan krengsengan yang kami serahkan ke pihak dokter untuk diteliti,” imbuhnya.

Sementara itu, Sami Is, mengungkapkan rasa khawatirnya saat 3 anggota keluarganya; istri, dan dua anaknya itu keracunan.

“Tetangga sudah geger, satu persatu sudah dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Keluhannya sama, yaitu mual mual pusing dan lemas,” tuturnya.

Meski demikian, Sami Is itu merasa bersyukur, ketika mendapati istri dan dua anaknya dalam kondisi membaik setelah dirujuk ke puskesmas.

“Alhamdulillah, Istri saya Ernawati (46), sudah membaik. Yang padahal sebelum itu mengeluh kesakitan lemas akan pingsan, dan dua anak saya sudah bisa beraktifitas ringan,” pungkasnya.

Sekedar informasi, dalam penanganan korban keracunan massal di Surabaya ini, sejumlah  korban sebagian sudah kembali ke rumahnya.

Sementara beberapa korban yang lain, masih tampak berada di rumah sakit dan puskesmas yang ada di Surabaya, menerima perawatan. Rata-rata korbannya berusia anak- anak hingga dewasa.

Sementara itu menurut Ali, salah satu warga yang juga mengalami gejala keracunan, ia menduga keracunan tersebut terjadi akibat daging kambing dan sapi kurban dimasak secara bersamaan.

“Biasanya daging sapi dan kambing dimasak sendiri-sendiri atau terpisah, tapi kemarin itu dimasaknya secara bersamaan. Kemungkinan karena itu tapi saya juga tidak bisa memastikan,” kata Ali. Sabtu (1/7/2023).

Menanggapi kasus keracunan massal daging kurban, Annis Catur Adi Ahli gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, daging sapi dan kambing yang dimasak bersamaan tidak berpotensi menimbulkan keracunan saat dikonsumsi.

“Antara komposisi daging sapi dan kambing relatif sama. Hanya yang jelas berbeda adalah kandungan lemak dan aromanya. Tapi komposisinya sama,” papar Annis.

Menurutnya, penyebab keracunan kemungkinan adannya daging yang sudah dalam keadaan rusak. “Mungkin penyebabnya bukan karena komposisi tapi karena diantara salah satu itu dagingnya sudah agak rusak,” terangnya.

Annis menjelaskan, daging protein tinggi seperti sapi dan kambing memiliki sifat mudah busuk. Daging sapi dan kambing yang dibiarkan selama enam jam dari waktu menyembelih, tanpa ada pengolahan bisa mengalami pembusukan.

“Apalagi kalau penanganan tidak higienis akan mempercepat pembusukan protein. Cirinya baunya tidak sedap,” tambahnya.

Daging kambing lebih cepat membusuk apabila tidak segera ditangani setelah disembelih. Apalagi sering kali penyembelihan dilakukan di tempat-tempat yang kurang higienis.

“Daging kambing antara enam sampai 10 jam dibiarkan pasti rusak, kalau tidak ditangani dengan baik. Apalagi saat penyembelihan seringkali pemotongan kurang higienis, kadang masih ada cairan kemudian habis disembelih tidak ditaruh tempat higienis, bisa membuat bakteri tumbuh,” jelas Annis.

Selambat-lambatnya setelah hewan kurban dua jam disembelih daging harus segera disalurkan. Seperti standar yang diberlakukan di Rumah Potong Hewan (RPH).

Meski demikian, Annis tidak menyarankan daging sapi dan kambing dimasak secara bersama-sama. Sebab, jika ada penurunan komposisi disalah satu jenis daging tidak mempengaruhi lainnya.

“Sebaiknya masaknya juga tidak dicampur karena kualitas daging yang berbeda. Mungkin daging satunya lebih baik dan satunya kurang baik, kalau dicampur jadi timbulnya keracunan karena mikroba yang biasa hidup di pangan hewani atau protein,” tandasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!