JOMBANG, NusantaraPosOnline.Com-Keluarga Hj Endang Yuniati Istri dari pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, KH Muhtar Mu’thi (Kiai Tar) mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jatim, di Surabaya, Jumat (4/6/2021) sekitar pukul 15.00 WIB. Melaporkan fitnah dan pencemaran nama baik yang mendera keluarga Nyai Endang.
Pencemaran nama baik terhadap Nyai Endang Yuniati ini dilakukan orang tidak bertanggung jawab melalui dua video yang disebarkan di sejumlah grup Whatsapp para santri dan jamaah tarekat Shiddiqiyah, dan video dengan cepat menyebar dikalangan masyarakat umum.
Terdapat dua video berisi fitnah tersebut. Di antaranya video berdurasi 48 detik, dan berdurasi 4 menit 14 detik. Video pertama berdurasi 48 detik, terduga pelaku menyebut bahwa Nyai Endang Yuniati adalah anak dari seorang tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada 18 Mei 2021, pelaku kembali menyebar video berdurasi 4 menit 14 detik dengan konten yang hampir sama. Pada video kedua, pelaku membuat narasi bahwa Endang Yuniati adalah seorang anak dari keluarga PKI dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Video yang juga tersebar di grup WhatsApp santri ini menampilkan konten lebih ironis. Pelaku menampilkan foto Endang Yuniati saat masih muda dan disebut sebagai keluarga PKI yang menyusup ke Pondok Pesantren Siddiqiyyah.
Gus Qoim Liddinillah, anak Endang Yuniati mengatakan, dirinya mewakili keluarga membuat aduan atas pencemaran nama baik tersebut.
“Kami di sini ingin meluruskan, bahwa Ibu saya bukan PKI atau Gerwani. Ibu saya bukan dari keluarga PKI. Perlu diketahui, ibu saya pensiunan PNS, sebagai guru. Ayah dari ibu saya (Asir-red) yang dituduh sebagai PKI, juga PNS,” kata dia.
Pria yang akrab disapa Gus Qoim ini mengungkapkan, dulu memang ada cerita bahwa saat peristiwa tahun 1965 kakaknya yang bernama Asir menjadi korban salah tangkap. Ketika itu, Asir adalah seorang guru di sebuah sekolah di daerah Tembelang.
Secara kebetulan di Tembelang itu, ada seorang warga desa yang diduga masuk daftar PKI memiliki nama yang hampir mirip dengan Asir. Saat terjadi kegaduhan ketika itu, sekelompok massa pun mencari orang tersebut di Tembelang. Namun justru Asir yang ditangkap karena namanya ada kemiripan.
“Yang dicari orang lain, tapi keliru Pak Asir. Kalau memang beliau (Endang Yuniati-red) keluarganya terlibat PKI atau Gerwani, tidak mungkin akan menjadi PNS,” jelas dia.
Gus Qoim menegaskan bahwa video yang disebar melalui grup WA tersebut merupakan fitnah dan mencemarkan nama baik keluarganya.
“Langkah hukum diambil selain sebagai adanya dugaan tindak pidana, juga ada sebagian pelurusan atas nama baik dari keluarga,” tandas Gus Qoim.
Pengaduan atas dugaan tindakan pidana fitnah melalui media sosial tersebut disampaikan ke Subdit Siber, Ditreskrimsus Polda Jatim. Hal itu, lanjut Gus Qoim, sebagai langkah awal untuk membuat laporan secara resmi.
“Ya benar, fitnah melalui video yang disebar di WA (WhatsApp) Group itu, dampak yang paling terasa di kalangan santri sudah tidak menganggap keluarga Bu Endang sebagai keluarga atau anak dari Kyai Tar,” Ujarnya.

Sementara itu, Umar, kuasa hukum Qoim Liddinillah, ia mengatakan, “Kami datang ke Ditreskrimsus Polda Jatim hari ini, untuk mengadu terkait tudingan dan fitnah yang dialami Ibu Endang beserta putra-putri dan menantunya. Kami juga meminta keadilan dalam hal ini. kata Umar, usai mengadu mendampingi Gus Qoim.
Menurutnya, terdapat dua video berisi fitnah sebagai keturunan salah satu tokoh PKI dan Gerwani itu disebar ke media sosial sejumlah WhatsApp group (WAG) para santri dan jamaah tarekat Shiddiqiyah. Dan tadi dua video tersebut kita lampirkan sebagai bukti pengaduan kami.
“Video berdurasi 48 detik, diterima Achmad Fatoni, salah satu menantu Ibu Endang Yuniati, melalui WhatsApp, pada Selasa 6 Oktober 2020 lalu. Dalam video itu menyebutkan bahwa Ibu Endang Yuniati merupakan anak atau putri dari seseorang yang dikatakan sebagai tokoh PKI.” Terang Umar.
Sedangkan video kedua lain berdurasi cukup panjang, yakni 4 menit 14 detik. Video tersebut menarasikan jika Ibu Endang adalah anak atau putri dari seseorang yang dikatakan sebagai anggota keluarga dari PKI dan Gerwani.
“Kelurga klien, kami sudah cukup bersabar menerima terpaan fitnah tersebut. Pasalnya video itu sudah massif diketahui khalayak, maka kami ingin meluruskan persoalan ini.” jelas Umar.
Puncaknya, hingga hari ini Qoim Liddinillah Putra ketiga dari Ibu Endang Yuniati – Kiai Tar, mengadu ke Polda Jatim, lanjut Umar, yakni perisitwa penggerudukan rumah Nyai Endang Yuniati oleh ratusan orang tak dikenal, pada Selasa 11 Mei 2021, atau menjelang Idul Fitri lalu.
Tak hanya melakukan penggerudukan, sejumlah orang tidak dikenal itu juga melakukan penyegelan berupa palang kayu berbentuk silang pada jendela dan pintu rumah. Hingga kemudian, jendela serta pintu rumah tersebut ditutup dengan triplek.
“Ada 3 jendela dan 1 pintu lorong yang disegel pakai palang kayu. Kemudian kami cabut. Tapi malah ditutup triplek. Sampai saat ini, kondisinya masih begitu. Kita hanya disisakan 1 pintu saja,” Kata Gus Qoim, yang dipersilakan kuasa hukumnya untuk menceritakannya.
Gus Qoim, membeberkan peristiwa itu terjadi pada Selasa 11 Mei 2021 malam. Saat itu, kondisi listrik di rumah Ibu Endang, padam (Hanya listrik dirumah Ibu Endang yang padam). Selang beberapa detik pasca lampu pada serta CCTV mati, lanjutnya, terdengar suara mesin bor dari luar.
“Kita tahu jendela sedang dipalang kayu, karena sinar lampu dari luar masih menyala. Bayangannya ada, karena kita di dalam rumah, gelap. Kita menyebut lampu di rumah Ibu Endang dipadamkan, karena di luar, listrik menyala. Sedangkan akses listrik jadi satu,” terang Gus Qoim.
Gus Qoim, juga menyebutkan jumlah orang di dalam rumah saat kejadian, sekitar 16 orang, termasuk abdi ndalem. “Kalau keluarga inti, ada ibu, 4 anaknya dan menantunya. Serta 3 balita,” Tuturnya.
Beberapa saat setelah itu, lanjut Gus Qoim, terdengar beberapa orang berhasil melompat pagar rumah yang pertama. Jumlahnya, sekitar 5 sampai 6 orang.
“Sedangkan yang berada di luar pagar, ada sekitar 100 hingga 200 orang tak dikenal. Untungnya, mereka tidak sampai melompat di pagar kedua,” Terang Gus Qoim.
Gus Qoim mengaku ada yang aneh, karena sejumlah orang yang berhasil masuk setelah melompat pagar pertama, tidak mau menyebut namanya ketika dihalau menantu dan anak Bu Endang serta sejumlah abdi ndalem.
“Ketika kita tanya siapa namanya, mereka malah mengaku lupa. Siapa ya nama saya,” sambung Gus Qoim menirukan jawaban dari sejumlah orang tersebut.
Gus Qoim, menceritakan berlangsung hingga 2 hari kemudian. Bahkan, keluarga Bu Endang salat Idul Fitri di rumahnya yang kondisinya tersegel tersebut.
“Kondisinya saat itu mencekam. Kami sangat khawatir dengan keselamatan kami. Apalagi di dalam rumah juga ada 3 balita,” Ujarnya. (Rin/Why)